Aturan “Jangan Main HP” di Sekolah vs. Aturan “Main HP Boleh” di Rumah
Di era digital saat ini, penggunaan gadget sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak. Namun, perbedaan aturan antara sekolah dan rumah sering kali memunculkan kebingungan bagi mereka. Misalnya, di sekolah berlaku aturan ketat “jangan main HP”, sedangkan di rumah orang tua cenderung lebih longgar dengan membiarkan anak menggunakan HP bahkan untuk hiburan.
Kenapa Bisa Beda Aturan?
Sekolah membuat aturan “jangan main HP” bukan tanpa alasan. Guru berusaha menciptakan suasana belajar yang fokus, bebas dari distraksi, dan mendorong interaksi sosial secara langsung. Menurut Dr. Laurence Steinberg, pakar psikologi perkembangan, konsistensi dalam aturan sangat penting karena anak belajar memahami batasan yang jelas. Tanpa batasan, anak lebih mudah terdistraksi dan kesulitan mengembangkan disiplin diri.
Di sisi lain, orang tua di rumah sering merasa perlu memberi anak “ruang kebebasan” setelah seharian belajar. HP digunakan untuk bermain game, menonton video, atau bahkan komunikasi. Perbedaan inilah yang sering menimbulkan kebingungan bagi anak: kenapa di sekolah dilarang, tapi di rumah boleh?
John Gottman, seorang ahli parenting, menekankan bahwa konsistensi aturan dapat membentuk rasa aman bagi anak. Jika aturan di rumah terlalu jauh berbeda dengan aturan sekolah, anak bisa kehilangan arah dan sulit memahami makna disiplin. Konsistensi bukan berarti aturan harus sama persis, tetapi perlu ada “jembatan penghubung” agar anak tidak merasa aturan hanya sekadar larangan.
Bagaimana Orang Tua Bisa Mendukung?
Orang tua dapat mendukung aturan sekolah dengan langkah praktis, seperti:
- Menjelaskan alasan . Beri pemahaman bahwa larangan HP di sekolah bertujuan agar anak lebih fokus belajar.
- Membuat kesepakatan waktu layar ( screen time ) . Di rumah, HP tetap boleh digunakan, tetapi dengan batas waktu dan tujuan yang jelas.
- Memberi alternatif kegiatan . Ajak anak membaca, berolahraga, atau berinteraksi dengan keluarga sebagai pengganti HP.
- Komunikasi dengan guru. Agar aturan tidak dianggap kontradiktif, orang tua bisa menyamakan visi bersama sekolah tentang pendidikan anak.
Dengan cara ini, orang tua tidak kehilangan kontrol di rumah, sementara anak tetap memahami bahwa aturan sekolah dibuat untuk kebaikannya.
Mari kita jadikan perbedaan aturan ini sebagai peluang untuk mendidik anak tentang disiplin dan tanggung jawab, bukan sebagai sumber kebingungan. SD KU ‘Aisyiyah Cilegon sebagai Sekolah Islam Inklusif Multitalenta selalu berkomitmen mendampingi orang tua dalam menghadapi tantangan era digital. Bersama, kita bisa membentuk generasi cerdas, berakhlak, dan bijak menggunakan teknologi.
#EraDigitalBijak #ParentingKonsisten #SekolahDanRumah #AturanGadgetAnak #SDKUAisyiyahCilegon #SekolahIslamInklusifMultitalenta #AnakCerdasBerakhlak #BijakGunakanHP
📞 Info & Daftar:
Ustadzah Umroh: 0812-9974-3887
Ustadzah Rosi: 0821-1424-2759
Ustadzah Della: 0813-8261-8640
📍 Alamat : Komp. Bumi Panggung Indah (BPI) Blok V1,
Kel. Panggung Rawi, Kec. Jombang, Kota Cilegon, Banten.
💚 SD KU 'Aisyiyah Cilegon
Sekolah Islam Inklusif Multitalenta 🌟
Follow Us :
FB : @sdkuaisyiyahcilegon
IG : @sdkuaisyiyahcilegon_
TH: @sdkuaisyiyahcilegon
X : @Sdkuaisyiyah
TK : @sdkuaisyiyahcilegon
YT : @sdkuaisyiyahcilegon
╰┈➤ ⓘ SDKU 'Aisyiyah Cilegon 📚
Tidak ada komentar:
Posting Komentar